Rabu, 30 September 2015

Si Jago Merah, Lalap Gedung SDM Maolda Jateng

Serine Mobil Pemadam Kebakran memecah Keramaian sepanjang Jalan Pahlwan, sontak saja beberapa menit kemudian masyarakatpun mendatangi Kantor Polisi Daerah (Polda) Jawa Tengah. KOPI yang medapatkan Informasi Kebakaran melalui SMS dari rekan pewarta lainnya langsung menuju pusat kebakaran.
Salah seorang personil polisi yang menggunakan seragam Humas Polda Jateng, Rabu (30/9/2015) menyebutkan bahwa kebarakan terjadi digedung SDM atau Gedung Personil lantai 3, kebarakan diperkirakan pukul11.15 WIB. belum ada informasi yang resmi mengai hal tesebut begitu juga kerugian. Dari Pantuan KOPI, terlihat Tahanan Polda Jateng di Evakuasi di Mesjid bagian dalam Mapolda dengan pengawal ketat anggota kepolisian. Sampai informasi ini diturukan rekan PPWI Jateng Sukarno masih berada di Halaman Mapolda Jateng bersama rekan media lainnya menunggu Konferensi Pers mengenai peristiwa kebakaran yang melanda Kantor Mapolda Jateng.
Sumber Tulisan Asli: http://www.pewarta-indonesia.com/berita/hukum/17468-si-jago-merah-lalap-gedung-sdm-polda-jateng.html

Selasa, 29 September 2015

Kota Tegal Giat Bina Potensi Perikanan

Mengedapankan kedaulatan laut atau maritim yang merupakan bagian dari cita cita pemerintah masa kepemimpinan presiden Joko Widodo agar lebih berdaulat. Tak khayal melalui Menteri Kelautan dan Perikanan banyak kapal penjarah hasil laut Indonesia yang ditenggelamkan. Termotivasi dengan hal tersebut saat ini banyak daerah yang turut mensukseskan kedaulatan maritim tersebut
khususnya daerah yang berada digaris bibir laut. Sebut saja Kota Tegal yang memiliki potensi perikanan karena letak geografis berada di jalur Pantai Utara pulau Jawa dengan panjang garis pantai sepanjag 7,5 kilometer, hal ini jelas merupakan potensi kelautan dan perikanan di Kota Tegal. Ditemui saat pameran produk unggulan di Semarang Minggu (27/9/2015) Andika Irawan, SE MSi selaku Kabid Ekonomi Bappeda Kota Tegal menjelaskan bahwa ada 2 kelompok pengolahan ikan yang menjadi binaan Forum For Economic Development and Employment Promotion (FEDEP) yaitu Sari Ulam dan Minorini yang beranggotakan sebanyak 15 orang setiap kelompoknya. Dikonfirmasi mengenai pembinaan terhadap kelompok binaan tersebut, Andika menyebutkan bahwa pembinaan dilakukan antara lain oleh
Melalui Klinik Iptek Mina Bisnis (Kimbis), pelatihan-pelatihan dari Dinas Kelautan dan Pertanian Kota Tegal serta pendampingan/pembinaan dari FEDEP Kota Tegal. Selain itu kepada keluarga nelayan pun diajarkan pemanfaatan teknologi dengan tujuan agar nelayan melek teknologi. Andika mengungkapan bahwa “Pelatihan pun, kami berikan juga para istri nelayan berupa pelatihan wirausaha dengan harapan ketika musim paceklik tiba, para istri dapat membantu tambahan penghasilan untuk keluarga”. Pembinaan dan pelatihan yang diberikan kepada anggota klaster pengolahan ikan FEDEP Kota Tegal dan kelompok lainnya diharapakan menciptakan inovasi serta varian olahan ikan menjadi berbagai variasi makanan olahan. Hasilnya banyak tumbuh industry pengolahan ikan, dengan berbagai jenis kegiatan industri, seperti industri pengeringan ikan asin, industri fillet ikan (pemotongan daging ikan), pengasapan ikan, tepung ikan, bandeng presto, pemindangan ikan, bakso ikan, nugget ikan, empek-empek, terasi, kerupuk, abon ikan, bukan itu saja kulit ikanpun dapat diolah menjadi kerupuk sehingga akan memberikan nilai tambah dari hanya sekedar menjual ikan tangkap segar. Stand yang menjadi terbaik kedua pada perhelatan FEDEP ke-6 tahun 2015 terlihat memamerkan kerajinan dari kulit ikan pari
seperti dompet, sandal, gantungan kunci, dan ada juga yang membuat kerajinan dari kerang, namun posisi tersebut tak membuat cepat puas, dan bertekad pada perhelatan tahun depan akan menjadi yang terbaik. Diakhir perbincangan Andika mengajak wisatan mengunjungi dan mencicipi hasil olahan ikan binaan FEDEP Kota Tegal’ Ayo wisata ke Kota Tegal cicipi rasa olahan ikan yang berbeda dari daera lain” ajak Andika untuk para wisatawan.(sah) Sumber Tulisan Asli: http://www.pewarta-indonesia.com/berita/daerah/17461-kota-tegal-giat-galih-potensi-perikanan.html

Monumen Ngoto, Tersembunyi Dibalik Nama Bandara Yogyakarta

Sampai saat ini kita mengenal Bandara Yogyakarta sebagai Bandara Domestik dan Internasional, namun mungkin sedikit dari kita yang mengetahui bagaimana
cikal bakal nama bandara ini, walaupun sering kita mendengar awak kabin mengumumkan “beberapa saat lagi kita akan segera mendarat di Bandara Adi Sutjipto di Yogyakarta”. Pada kesempaan ini KOPI mencoba mencari tahu dibalik nama bandara yang ternama tersebut. Berdasarkan beberapa informasi yang diperoleh dari warga mengenai hal tersebut, akhirnya Replika Pesawat Dakota VT-CLA Replika Pesawat Dakota VT-CLA diputuskan untuk menuju Kabupaten Bantul. Sekitar 1 jam perjalan dari Kota Yogyakarta, dengan bantuan petunjuk arah, tidak
terlalu sulit untuk sampai di areal tanah 9.473 m2 yang merupakan Monumen perjuangan Udara Ngoto yang familiarnya dengan monumen Ngoto karena memang letaknya berada di Dukuh Ngoto, Jatiarang, Kelurahan Tamanan Kabupaten Bantul, Yogyakarta Setelah mengitari Kabupaten Bantul, Sabtu (26/9/2015), Seizin petugas, Bersyukur KOPI dapat mendokumentasi bagian-bagian terpenting dalam monument ini sejarahnya merupakan saksi bisu perjuangan pembela bangsa yang tergabung dalam Angkatan Udara Republik Indonesia. Memasuki areal monumen, mata kita akan tertuju kepada dinding relief yang mengilustrasikan perjuangan angkatan udara Indonesia melawan Belanda yang ada di Yogyakarta dan sekitranya Selain itu ada pula relief yang mengelaborasikan peristiwa pesawat Dakota VT-CLA yang membawa bantuan obat-obatan dari Malaya (Malaysia) yang jatuh karena serangan pesawat tentara Belanda
Peristiwa ini bermula ketika sebuah pesawat jenis Dakota beregister VT-CLA lepas landas dari Singapura dihujani peluru senapan mesin dari dua pesawat Kitty Hawk milik tentara Belanda. Tanggal 29 Juli 1947 sekitar pukul 17.00 WIB bersama jatuhnya peswat Dakota VT-CLA gugur pula pejuang bangsa Komodor Muda Udara (Kolonel) Agustinus Adisutjipto, Komodor Muda Udara Prof. Dr. Adulrachman Saleh, Opsir Muda I (Lettu) Adisumarmo, Pilot Alexander Noel berkebangsaan Australia dan Co-pilot Roy Hazelhurst berkebangsaan Inggris dan beberapa penumpang lainnya. Mungkin inilah kisah dibalik nama bandara Adi Sutijpto Yogyakarta. pantauan KOPI memang tidak terlalu banyak pengunjung yang berkunjung ke monument bersejarah ini namun menurut beberpa informasi yang dihimpun KOPI, monumen ini banyak dikunjungi oleh pelajar yang melakukan wisata edukasi.
Sumber Tulisan Asli: http://www.pewarta-indonesia.com/inspirasi/resensi/17455-monumen-ngoto-mengenang-adi-sutjipto.html

Senin, 28 September 2015

Kendalikan Kondisi Perusahaan Dengan Strategi Pemasaran Kolaboratif

Dekade silam kita mengenal kata join venture yang merupakan kerja sama beberapa perusahaan untuk saling menguntungkan. Tumbuhnya UMKM di Indonesia yang bisa dikatakan dengan cepat sehingga banyak pola dan strategi bisnis yang coba diadopsi perusahaan untuk tetap bertahan dan mendapatkan keuntungan. Lantas bagaimana diera yang srba cepat dan canggih ini untuk perusahaan agar tetap bertahan ditengah daya saing yang kian tanpa mengenal volume perusahaan. General Secretary IMA Chapter Sulawesi Selatan Periode 2008 – 2012 Anshar Daud, Kepada KOPI, Senin 28 September 2015 menyampaikan strategi bisnis yang mungkin bisa ditempuh pada kondisi perekonomian yang kian tak menentu ini. Menurutnya saat ini strategy Bundling memungkinkan memberi kemudahan dan manfaat yang besar bagi konsumen, karena semua produk terkait sudah dikemas menjadi satu paket dengan harga tunggal dan biasanya lebih murah dibandingkan jika produk-produk tersebut dibeli dalam satuan terpisah. Bentuk kerja sama tersebut lazim disebut pemasaran kolaboratif (collaborative marketing), dimana sejumlah perusahaan saling bekerja sama dan memadukan sumber daya kekuatan untuk menciptakan inovasi proses penawaran suatu produk secara lebih efektif dan
efisien, sehingga melalui kolaborasi, perusahaan pemasok, afiliasi, mitra dan pihak relevan lainnya berinteraksi saling melengkapi satu sama lain dan mengisi kekurangan/kelemahan perusahaan lainnya. “Dengan demikian akan terbentuk suatu aliansi dan sinergi yang kuat dan memperbesar daya saing produk atau merek di pasar namun yang pasti hal tersebut dapat meningkatkan manfaat yang diterima oleh konsumen”, Tutur Anshar. Lebih lanjut pemilik Sertifikasi Marketing ini menjelaskan bahwa, untuk pada pemasaran kolaboratif, perusahaan yang menyatakan kesediaan sebaiknya mempersiapkan hal-hal antara lain Sharing Sumber Daya (Resources) yang merupakan kolaborasi yang ideal mampu memadukan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh seluruh perusahaan yang terlibat. Sinkronisasi Sistem Pendukung (IT Support) yaitu seperangkat sistem informasi yang digunakan untuk keperluan transaksi dengan konsumen harus bisa disinkronkan satu sama lain, baik beroperasi secara manual maupun otomatis maupun online dan offline. Berikutnya adalah Kesesuain Segmen Pelanggan, Semakin banyak perusahaan yang terlibat dalam kolaborasi makin sulit menyesuaikan segmen pasar yang dituju. Karena itu diperlukan kompromi dan adjustment agar segmen yang terpilih relatif dekat dengan karakteristik segmen harapan semua pihak. Dan terakhir adalah Afordabilitas Harga, paket bundling umumnya lebih murah dari harga satuan produk yang dibeli secara terpisah. Jika harganya terpaksa lebih mahal, maka benefitnya harus lebih besar baik secara fungsional maupun emosional. Aspek emosional bisa berupa kenyamanan, kepastian, kemudahan, kesederhanaan proses dan citra diri konsumen ketika mengkonsumsi produk maupun jasa tersebut. Ditanya mengenai kepentingan harga terhadap segmentasi pasar yang akan dimasuki perusahaan, Pria kelahiran 27 April 1972 di Pinrang Sulawesi Selatan ini menegaskan bahwa pada segmen menengah bawah, afordabilitas harga berhubungan dengan manfaat rasionalnya. Sedangkan segmen menengah atas dominan berada pada sisi emosional. Untuk itu pastikan terlebih dulu segmennya sebelum perusahaan mengambil keputusan sebelum mengemas harga jual. “Kata kuncinya adalah nilai (value) pelanggan, selama nilai yang mereka terima sesuai dengan ekpektasinya, berapapun harganya akan tetap terasa terjangkau (affordable)”.Tukas Anshar mengakhiri perbincangan.
Sumber Tulisan Asli: http://www.pewarta-indonesia.com/inspirasi/opini/17446-penerapan-strategi-pemasaran-kolaboratif-untuk-atasi-kondisi-perekonomian-labil.html

Minggu, 27 September 2015

Lima Hari Pameran, Produk Daerah Tembus Omzet 2 Milyar

Berlangsung sejak tanggal 23 September 2015 hingga 27 September 2015 di Atrium Paragon Mall, Forum For Economic Development diikuti 35 Kabupaten/Kota yang berada di wilayah kerja Propinsi Jawa Tengah.
Kepala Kantor Bappeda Provinsi Jawa Tengah dalam pengatarnya menyebutkan pameran ini berupaya untuk memperkenanlkan produk sehingga UMKM yang ada dapat wawasan mengenai pengenal usaha dan usaha UMKM dan yang pasti peluang menciptakan jaringan kerjasama dalam melirik pasar yang saling menguntungkan. Pada tahun lalu omzetnya dari kegiatan serupa berada pada Rp. 1.544 Milyar tetapi pada kegiatan tahun ini yang berlangsung selama 5 hari ini, diperkirakan mencapai Omzet sebesar Rp. 2 Milyar, “Ini membuktikan produk daerah masih bertahan ditengah kelesuhan perekonomian global”, Ungkap Plh. Bappeda Propinsi Jawa Tengah Ibu Ratna Dewa Jati pada acara penutupan FEDEP yang ke-VI Minggu, 27 September 2015. Serangkai kegiatan ini pun diikuti dengan pengumuman Stand-stand Terbaik: 1. FEDEP Kabupaten Cilacap 2. FEDEP Kota Tegal 3. FEDEP Kota Surakarta.
Diakhir sambutan, Ratna Dewa Jati menyampaikan bahwa tahun depan akan mengadakan lagi kegiatan serupa dan berharap agar produk-produk UMKM semakin dapat bersaing tidak hanya kuantitas tetapi kualitas dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia (MEA), Tutur Ratna. Semoga terlaksana.
Sumber Tulisan Asli: http://www.pewarta-indonesia.persisma.org/berita/daerah/17442-lima-hari-pameran-produk-daerah-tembus-omzet-2-milyar.html

Warga Jogja Tutup Hari Tasyrik dengan Jogja Takbir Carnival

Warga kota Jogja dari berbagai penjuru wilayah terlihat tumpah ruah memadati ruas jalan Cendana dan Kusumanegara sedari pukul Pukul 19.00 WIB. Hari ini merupakan, hari Tasyrik terakhir (13 Zulhijjah) setelah Pemerintah Indonesia menetapkan hari Raya Idul Adha ( 10 Zulhijjah ) jatuh pada hari Kamis, 24 September 2015 yang lalu.
Pantuan KOPI, Tanggal sudah menunjukan 27 September seiring waktu yang sudah menunjukan pukul 00.15 WIB namun warga Jogja masih terlihat antusias untuk menikmati Jogja Takbir Carnival (JTC) yang ke-V tahun 2015, maklum saja karena event ini hanya akan ada diadakan sekali dalam satu tahun. Fahmi salah satu panitia kepada KOPI, Sabtu 26 September 2015 menyebutkan bahwa dalam kegiatan
ini tidak hanya dari pemuda masjid tetapi dari berbagai emelen masyatakat juga turut meramaikan kegiatan yang tema Nuansa Budaya Dalam Gema Takbir. “Banyak Elemen Masyarakat yang meramaikan JTC ini baik dari usia anak-anak hingga dewasa,” jelas Fahmi. Tarian Barongsai Turut Semarakan JTC Ke-V Tarian Barongsai Turut Semarakan JTC Ke-V Walaupun rumah tinggal dikawasan Alun-Alun Kidul yang berjarak tempuh sekitar 4 KM, kepada KOPI Sudiono dan Istrinya mengaku tidak pernah sekalipun melewati kegiatan ini. Menurutnya JTC ini merupakan salah satu jalan mempersatukan umat, meskipun perayaan hari raya yang berbeda, kepercayaan yang berbeda serta budaya yang berbeda, “Disinilah kebersamaan umat dan anugerah yang harus selalu kita pelihara untuk kemajuan bangsa Indonesia dan berharap tahun depan peserta carnaval lebih ramai dari luar Jogja”, Tutur pria berusia 56 tahun diselah konsentrasinya menikmati JTC.
Sumber Tulisan Asli: http://www.pewarta-indonesia.com/inspirasi/sosial-a-budaya/17435-yogyakarta-tutup-hari-tasyrik-dengan-jogja-takbir-carnaval.html

Bangga, Berkat Kerupuk Rambak Desa Segoroyoso Banyak di Singgahi Wisatawan

mengarahkan perjalanan dengan menggunakan motor sewaan berjenis matic sekitar 1 jam dari kota Jogja, akhirnya tibalah di desa Segoroyoso, Pleret, Kabupaten BantulPemotongan kulit Berukuran 1x4cm sebelum di Goreng.
Desa ini memang sudah terkenal seantero penikmat kerupuk rambak, sehingga tidak sulit untuk sampai ke pusat home industri ini yang merupakan centra penghasil kerupuk Rambak. Berkesempatan untuk bisa berada di desa suatu yang sangat luar biasa, karena tidak jauh dari rumah selain menemukan pengrajin kerupuk rambak, kita juga akan menemukan peternak-peternak sapi. Untuk kali ini kita lupakan sejenak cerita tentang peternak sapi, kita akan sedikit fokus pada cerita seorang pekerja kerupuk Rambak. Sebut saja bangunan ini dengan nama pabrik, karena disini terjadi proses pembuatan kerupuk mulai dari melepaskan kulit, menjemur,merebus, memotong hingga menggorengnya, sebut salah satu karyawan. Proses Perebusan Bahan Mentah Kerupuk Rambak sebelum diolah Lebih Lanjut
Proses Perebusan Kulit Kerbau sebelum diolah Lebih Lanjut Bersyukur KOPI disambut dengan ramah oleh karyawan yang ada dipabrik ini, salah satu diantaranya bapak Pamuji yang sudah selama 4 tahun bergabung di pabrik milik pak H. Madyo Menurut Pak Muji panggilan akbrab Bapak Pamuji, pabrik tempat ia bekerja sekarang sering dijadikan percontohan dan dikunjungi mahasiswa KKN (kuliah Kerja Nyata), yang menjadi daya Tarik dari pabrik ini adalah semua karyawan wajib memahami alur kerja dan tidak terfokus satu pekerjaan saja, “jadi semua tahu dan pandai serta menguasai urutan pekerjaan”, ungkap Muji.
Pamuji Menunjukan Kerupuk yang Siap diPasarkan Kerupuk Rambak untuk beberapa daerah ada yang mengenal dengan nama kerupuk Jangek, ada pula yang mengenalnya dengan nama kerupuk kulit lantaran karena memang bahan baku kerupuk ini terbuat dari kulit kerbau, sapi bahkan ada juga menggunakan kulit kambing. Khusus tempat dimana bapak Pamuji bekerja, sangat selektif memilih bahan baku,sehingga mereka hanya memproduksi kerupuk rambak dari kulit kerbau yang didatangkan dari luar pulau Jawa,salah satunya dikirim dari Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat. Musim kemarau seperti ini memang sangat berpihak pada pabrik-pabrik kerupuk rambak, hal ini dipicu karena bahan mentahnya sebelum dan setelah rebus selama 15-19 jam harus dijemur, ini yang menyebabkan mengapa pabrik-pabrik produk andalan desa tersebut sangat bergantung pada sinar matahari. Kepada KOPI, Sabtu 26 Sepetermber 2015, Pamuji beserta rekan-rekan yang lainya merasa bangga meskipun Desa Segoroyoso, Pleret Kabupaten Bantul jauh dari kemaraian kota Jogja tetapi masih disinggahi wisatawan dan Mahasiswa yang ingin melihat proses pembuatan bahkan membeli produknya, “kami banggalah pak banyak dikunjungi orang” tukas Pamuji.
Sumber Tulisan Asli: http://www.pewarta-indonesia.com/berita/daerah/17426-bangga-berkat-kerupuk-rambak-desa-segoroyoso-banyak-di-singgahi-wisatawan.html

Rabu, 23 September 2015

Panwaskab Sukoharjo Siap Laksanakan Amanah Undang-undang

Beberapa bulan kedepan Indonesia akan memasuki babak baru dalam pemilihan kepala daerah, tepatnya tanggal 9 Desember 2015 mendatang semua unsur yang terlibat langsung dalam pelaksanaan pesta rakyat tersebut sudah mempersiapkan diri guna memberikan yang terbaik bagi pelaksanaan nanti. Komisioner Panitia Pengawas Kabupaten (Panwaskab) dengan wilayah kerja tingkat kabupaten sudah memulai kewajiban mereka untuk melakukan pengawasan sebagaimana yang diamanahkan oleh UU Nomor 1 Tahun 2015 Jo UU Nomor 8 Tahun 2015 pasal 30 menyebutkan bahwa tugas Panwaskab adalah mengawasi pemilihan Bupati dan Wakil Bupati.
Muladi Wibowo,S.Sos, S.E.,M.M., M.Pd (Anggota Komisioner Panwas Kab Sukoharjo) Muladi Wibowo, S.Sos., S.E., M.M., M.Pd yang merupakan anggota Komisioner Panwas Kab. Sukoharjo, saat dihubungi KOPI, Rabu 23 September 2015 mengungkapan bahwa tugas Panwasakab adalah mengawasi semua seluruh tahapan pemilihan Bupati dan Wakilnya mulai dari pembentukan badan penyelenggara hingga pada tahap rekapitulasi suara, jadi saat ini kami (panwas-red) telah siap melaksanakan tugas pengawasan kampanye, tutur Muladi dengan penuh keyakinan. Saat dikonfirmasi mengenai koordinasi dengan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten (KPU Kab), Anggota Komisioner ini menjelaskan bahwa Panwaskab Sukoharjo bermintra dengan banyak pihak salah satunya adalah KPU, artinya semua pihak juga terlibat dalam menjaga pengawasan lancarnya jalan pesta rakyat ini. untuk tingkat kecamatan atau yang disebut panitia pengawas kecamatan (pangwascam) di Kabupaten Sukoharjo terdapat 12 Kecamatan dengan jumlah anggota sebanyak 36 orang anggota, selain itu panwaskab juga dibantu oleh pengawas pemilihan lapangan (PPL) sebanyak 167 orang dan nantinya pengawas TPS yang akan berada disetiap TPS ungkapnya. Sejauh ini panwaskab telah melakukan beberapa sosialiasi mengenai pelaksanaan pemilihan kepala daerah melalui talkshow, diskusi yang dihadiri oleh para stakeholder, pihak sekolah, tokoh masyakarakat serta konferensi pers. Tujuan pengawasan ini sebenarnya adalah untuk memastikan bawah pelaksanaan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati ini berjalan sebagaimana aturan yang sudah ada. Muladi, mengajak kepada semua pihak menjaga integritas penyelenggaran pemilu agar berlangsusng Jujur, Adil, Akuntabel, Kredibel dan Bermatabat. Lebih lanjut pria yang sedang menempuh pendidikan program Doktor Ilmu Ekonomi di Universitas Diponegoro ini berharap pada pelaksanaannya di Kabupaten Sukoharjo "dapat berjalan lancar tidak terjadi black campaign, Kampanye SARA, Keterlibatan PNS, money politik serta kecurangan pada pemilihan nanti", harap Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Batik (Uniba) Solo.Semoga tidak terjadi.
Sumber: http://www.pewarta-indonesia.com/berita/politik/17403-panwas-kab-sukoharjo-siap-laksanakan-amanah-undang-undang.html

Minggu, 20 September 2015

Komplek Makam Kyai Ageng Pandanaran I, Referensi Wisata Religi di Kota Semarang

KOPI, Semarang- Siapa yang tidak tahu Jalan Pandanaran? ruas jalan ini menghubungkan antara Simpang Lima dengan Tugu Muda di
Kota Semarang. Bagi mereka yang pernah jalan-jalan dikota Lunpia ini pasti tahu karena sepanjang jalan tersebut merupakan pusat penjualan oleh-oleh khas Semarang. Selain nama jalan, Pandanaran juga dikenal untuk nama hotel yang ada di Kota Semarang dan Yogyakarta.
Tidak jauh dari jalan Pandanaran terdapat makam Kyai Ageng Pandanaran I, untuk sampai disana kita akan menaiki sekitar 41 anak tangga sebelum berada di area pemakaman Kyai Ageng Pandanaran I. Tidak banyak kisah maupun cerita mengenai Kyai Ageng Pandanaran I ini namun berbagai sumber dan sepakat menyebutkan bahwa beliaulah yang menjadi Bupati pertama kalinya di Semarang yang diangkat langsung oleh Sultan Demak Bintara, selain bertugas sebagai Bupati beliau jugaKomplek Makam Kyai Ageng Pandanaran I turut menyebarkan luaskan ajaran agama Islam diwilayah Semarang dan sekitarnya. Dari atas bukit area pemakaman tersebut kita dapat melihat indahnya kota Semarang. Sesampainya diarea pemakaman, KOPI bertemu dengan seorang perempuan bernama Hj. Ida Sarifah merupakan Kuncen, dalam Bahasa Indonesianya Juru Kunci makam yang sudah bertugas selama 28 tahun sejak sepeninggalan suaminya. Menurut beliau komplek pemakaman ini banyak dikunjungi peziarah dari berbagai daerah yaitu setiap Selasa Keliwon dan Jumat Keliwon, “namun lebih banyaknya setiap malam Jumat Kliwon”, Jelas perempuan kelahiran tahun 1951 kepada KOPI Minggu (20/9) saat ditemui di pendopo pemakaman.
Dalam Komplek pemakaman tersebut tidak hanya ada Makam Kyai Ageng Pandanaran I, namun di komplek pemakaman masih terdapat beberapa makam Komplek Pemakaman Kyai Ageng Pandanaran Ilagi disana, pastinya mempunyai kisah dengan Kyai tersebut antara lain Nyai Ageng Pandanaran I atau Endang Jamilah seorang Mualaf merupakan Istri Kyai Ageng Pandanaran I dan Madyo Pandan Ayah dari Kyai Ageng Pandanaran I. Lokasi Kompleks Pemakaman ini berada di Jalan Mugas Dalam II Kelurahan Mugas Sari Kecamatan Semarang Selatan berada persis didepan kantor Kelurahan Mugas Sari ini dipugar pada tahun 1977 dan dikelola oleh Yayasan Sosial Sunan Pandanaran Semarang. Jadi bagi anda yang ingin jalan-jalan ke Kota Semarang, Komplek Pemakam Kyai Ageng Pandadaran I ini bisa jadi refrensi tujuan wisata religi. Sayang rasanya jika sudah berada di Kota Semarang terlebih sudah berada di jalan Pandanaran anda tidak berziarah ke makam orang yang pertama memberi nama Kota Semarang, konon nama Semarang dilatar belakangi karena Kyai Ageng Pandanaran I melihat banyaknya pohon asem yang tumbuhnya jarang-jarang.(sah) Sumber: http://www.pewarta-indonesia.com/berita/pariwisata/17382-makam-kyai-ageng-pandanaran-i-referensi-wisata-religi-di-kota-semarang.html

Wisuda Abal-abal di Pondok Cabe, Bukan Wisuda UT

Minggu, 20 September 2015 12:27 | Oleh : Andriyansah | PDF | Cetak | Email
KOPI, Pondok Cabe, Tangerang Selatan-Sepertinya Kementerian Riset, Tekonologi dan Pendidikan Tinggi tidak main-main untuk memberantas perguruan tinggi abal-abal, seperti yang dikabarkan bahwa pihak Kementerian Ristek Dikti menggerebek Wisuda yang dilakukan di Pondok Cabe Sabtu (19/9) yang lalu. Universitas TerbukaKegiatan wisuda tersebut dilakukan oleh Yayasan Aldiana Nusantara di Gedung Serba Guna Pondok Cabe. Gedung Serba Guna tersebut memang biasanya disewakan untuk umum masih berada di area Universitas Terbuka (UT). Wisuda tersebut dilaksanakan nyaris tidak ada aktivitas rutin UT karena bertepatan hari libur kerja. Rektor Universitas Terbuka Prof. Ir. Tian Belawati, M.Ed., Ph.D melalui Dekan Fakultas Ekonomi Drs. Moh Muzammil, MM yang dihubungi KOPI Minggu (20/9) via telephone selularnya menegaskan bahwa wisuda yang diadakan dilingkungan UT kemarin Sabtu 19 Sepertember 2015 itu bukanlah wisuda yang diselenggarakan oleh pihaknya (Universitas Terbuka-Red) melainkan pihak yang menyewa gedung milik UT. Lebih lanjut Muzammil menyebutkan bahwa UT merupakan perguruan tinggi resmi yang didirikan Pemeritah melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1984 dengan menggunakan sistem pembelajaran jarak jauh. Sistem Pembelajaran tersebut dapat dilakukan secara On line maupun tatap muka dengan bantuan Tutor yang sudah dilatih, "jadi kalaupun kami melaksanakan wisuda nantinya, bukanlah wisuda abal-abal", jelasnya.(sah) Sumber: http://www.pewarta-indonesia.com/berita/pendidikan/17379-wisuda-abal-abal-di-pondok-cabe-bukan-wisuda-ut.html

Jumat, 18 September 2015

Tinggalkan Mekanik Pilih Gilo-gilo Untuk Nafkahi Keluarga

Pekerjaan tidak selalu sejalan dengan latar belakang pendidikan, hal ini terbukti pada Minto Wardoyo yang setiap harinya menjajahkan dagangannya di jalan Singosari I Kota Semarang yang merupakan pusat tempat kos-kosan ditengah Kota.
Suminto nama pemberian Orang dan Mertua ini berasal dari Kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah mencoba peruntunganya di Kota Semarang. Benar saja berkat kepandaiannya pria yang hanya tamat SMP ini langsung diterima untuk bergabung pada bengkel JINAWI Milik bapak Handoko. Lebih 5 tahun bergabung dengan bengkel tersebut Sebelum akhirnya memutuskan untuk bergadang “gilo-gilo” Keputusan berhenti dari pekerjaanya sebagai mekanik semata dilatari karena bengkel tersebut sering tutup pada hari minggu sehingga dirinya merasa bingung kalua hari minggu tidak bekerja. Berawal dari rekan perantaunya berdagang gilo-gilo setiap hari minggu dimana dirinya tidak bekerja dapat membantu rekannya keliling kota Semarang. Ternyata gilo-gilo inilah yang membawa Minto berpindah hati untuk tidak lagi bekerja pada bengkel yang berjasa menyelamatkan hidupnya pertama kali merantau. Gilo-gilo bukan berarti gila, gilo-gilo merupakan ungkapan bahasa Jawa yang merupakan padanan kata iki lo (ini loh-red). Karena banyak ragam makanan yang digerobak berukuran 1,5 x 1 m ini mulai dari buah-buahan, gorengan hingga makanan tradisional Jawa Tengah, lafas pembeli maupun penjual yang cepat menyebutkan iki loh-iki loh, sehingga terdengar gilo-gilo, namun memang ada juga Bahasa Jawa yang menyebutkan iki lo dengan gilo dan mejadi ciri khasnya dalah lampu pelita, jika lampu menyala artinya dagangan mulai digelar namupun jika lampunya mati itu pertanda usai sudah perhelatan dangangan,jelas Minto kepada Kopi, Kamis (17/9). Pria kelahiran Klaten 20 Maret 1974 ini setiap hari mendorong gerobak daganganya dari rumah sewaan bersama rekan-rekan perantuanya sekitar 30 menit sampai ke lokasi mangkalnya yang sudah ditempatinya selama 25 tahun. Banyak certia, banyak kisah selama dagang gilo-gilo mulai dari mereka yang bertemu jodohnya hingga ada yang menjadi doktor pun
pernah mangkal di tempat daganganya. Minto Wardoyo begitu nama lengkap pria yang senang bercanda dengan pembelinya ini mengaku, itulah modal dasarnya dagang, mahasiswa itu sudah stress dengant tugas yang sulit dan banyak dari dosenya, “jadi saya mencoba menghibur mereka supaya tidak stress”, imbuh Minto. Dari pantuan KOPI tidak hanya pelajar dan mahasiswa yang menjadi pelanggannya yang sudah silih berganti tahun seiiring bergMinto sedang Merapikan Dagangannyaantinya tahun kalender akademik, terlihat mereka yang sudah berkeluargapun turut mangkal. Gorengan serta makanan tradisional yang menjadi pelengkap daganganya ini merupakan titipan tetangga sekitar tempatnya menyewa rumah, terkadang gorengan tersebut pun menjadi penentu untuk Minto berdagang tidakanya, sementara itu buah-buah seperti Bengkoang, Semangka, Nanas, Pepaya serta Melon dibelinya setiap selesai shalat subuhnya di pasar Johar Semarang. Minto yang mulai berada ditempat mangkalnya setelah shalat Magrib hingga pukul 23.00 WIB ini, Saat ditanya KOPI mengenai keuntungan, dengan harga jual Rp.1.000 per potongan buahnya serta gorengan 3 buah Rp.2.000, Minto menjelaskan bahwa sulit untuk menceritakan berapa keuntungan yang didaapt dari sisa biaya yang dikeluarkan setiap harinya, selain itu setiap malamnya tidak sama karena jumlah pembelipun juga tidak sama setiap malamnya, namun Minto mengilustrasikan keuntungannya jika dirata-rata setiap hari setelah dikurangi modal dagangan, makan, minum dan rokok, “Alhamdulillah dapat mengantongi Rp.150.000 hingga Rp.300.000 untuk menafkahi anak istri,” aku Mas Minto sapaan akrabnya. Sistem jual beli gilo-gilo memang perlu kejujuran dari pembeli, pembeli dapat makan terlebih dahulu buah ataupun gorengan setelah itu baru melakukan pembayaran, memang riskan dengan jumlah yang dimakan berbeda karena keasyikan ngobrol, hal ini berbeda dengan mereka yang membeli langsung pulang karena itu bisa pasti jumlah yang dibeli, namun mereka yang makan ditempat sambil bersilaturahmi dengan pembeli lainya, namun Minto merasa tidak takut kalau ada pembelinya yang tidak jujur, mungkin saja mereka lupa, “Kalau lupa mau diapakan karena agama sayapun mengajarkan untuk memaafkan orang yang lupa, jadi ikhlas saja biarlah tuhan nanti yang membayarnya,” tukas Minto mengakhiri perbincangan dengan KOPI menjelang larut malam.(sah) Sumber Tulisan Asli: http://www.pewarta-indonesia.com/inspirasi/serba-serbi/17364-tinggalkan-mekanik-pilih-qgilo-giloq-untuk-mencari-nafkah.html

Rabu, 16 September 2015

IMARC dari Indonesia untuk Dunia

Marketing bukan saja hanya seni untuk mendistribusikan produk dari produsen kepada penjual dengan penerapan berbagai strategi namun didalam banyak kajian ilmu yang dapat digali. Wadah para ilmuan yang digagas dan didirikan oleh Augusty Tae Ferdinand ini sukses mengadakan konferensi beberapa waktu lalu di Semarang yang dihadiri oleh para Ilmuan Marketing dari seluruh Indonesia. Saat ditemui KOPI, Rabu (16/9) di ruang kerjanya Augusty
menyampaikan bahwa IMARC merupakan Perhimpunan Ilmuan Pemasaran Indonesia “Jadi jelas konstribusinya adalah untuk kemajuan ilmu marketing bercitra rasa Indonesia,” jelas presiden IMARC ini. Ditanya mengenai aktivitas organisasi IMARC, Pria kelahiran 23 April 1955 di Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur ini menjelaskan saat ini para ilmuan marketing yang menjadi anggota IMARC, tengah mempersiapkan konferensi tingkat internasional, selain itu pula pastinya melakukan penelitian dalam persiapan untuk publis artikel jurnal Internasional, jadi kegiatan kita bukan hanya seminar dan seminar saja tetapi publis artikel itu penting, supaya dunia Internasional tahu bahwa Indonesia banyak ilmuan Marketing yang handal. Mengakhiri pembicaran Guru Besar bidang Marketing dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, ini mengajak para ilmuan yang belum tahu dan ingin bergabung dengan organisasi ini dapat mengujungi portal http://indonesianmarketingacademy.org "Karena organisasi ini merupakan tempat kita saling berbagi, belajar bersama untuk kemajuan ilmu marketing,“ tukas Profesor yang dikenal baik hati ini. (sah) Sumber Tulisan Asli: http://www.pewarta-indonesia.com/berita/pendidikan/17335-imarc-dari-indonesia-untuk-dunia.html

Selasa, 15 September 2015

Resep Sederhana Atasi Labilnya Perekonomian

Pasca paket kebijakan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu dalam mengatasi kondisi perekenomian bangsa saat ini, sangat menarik untuk diikuti pasalnya dengan slogan “ayo kerja” belum mampu mengobati perekonomian yang dalam kondisi saat ini.
Pembantu Rektor II Periode 2010-2014 Universitas Timor, Maximus Leonard Taolin SE., MSc yang ditermui KOPI Selasa (15/9) berpandangan bahwa membuat kebijakan sebetulnya boleh saja karena itu hak kepala negara untuk membuat negara ini menjadi sejatera dan stabil dalam kondisi labil, namun harus diperhatikan dalam paket kebijakan tersebut. selaiknya bukan hanya paket kebijakan saja, “Namun lebih pada kebijakan kerja dengan mengambil langkah konkrit,” imbuhnya. Jangan kita terlalu meniru kebijakan negara lain dalam mengobati penyakit ekonominya. ibaratkan saja tubuh kita yang sedang sakit pastinya kita tahu seberapa sakit kita dan perlukan dibawa ke dokter, kemudian perlukah ke dokter spesialis. Karean kita tahu kondisi kritisnya maka sebaiknya kita tidak usahlah terlalu membandingkan dengna negara lain, kita punya acara dan strategi sendri untuk mengobati itu, terbelih obatan racikanya belum tentu cocok untuk penyakit kita, Jelas Max, sapaan pria kelahiran 2 Maret 1972 di Kefamenanu, Nusa Tenggara Timur. Kalau berbicara eksport, menurut Max belum ada kata terlambat, justru ini lah golden ways bagi pemerintah mendorong pelaku bisnis untuk melakukan ekspor dengan regulasi yang menguntungkan eksportir. Kita bisa kalkulasi jika para pelaku bisnis kita mampu mengekspor dalam jumlah yang tidak telalu banyak tetapi efeknya akan terasa sangat luar biasa. Selain itu anggaran alokasi sebesar 10% dari APBN untuk Desa, “Hal tersebut dapat merangsang perekonomian kecil yang di desa untuk berkembang dan saya yakin kita pasti bisa dan lebih baik dari negara-negara lain setelah badai ini,” tukas Max.(sah) Sumber Tulisan Asli: http://www.pewarta-indonesia.com/berita/ekonomi/17325-resep-sederhana-atasi-perekonomian-yang-labil.html

Mahasiswa Desak Pemerintah Perkuat Rupiah


KOPI, Semarang Kondisi nilai tukar rupiah yang semakin terpuruk, akhirnya mengundang mahasiswa untuk melakukan Aksi GPI di Jalan Pahlawan aksi. mengambil tempat di ruas jalan Pahlawan Semarang Senin (14/9). Aksi mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Pemuda Islam (GPI) Jawa Tengah menuntut agar pemerintahan yang dikomandai oleh Presiden Joko Widodo  untuk memperkuat nilai tukar rupiah.
Aksi damai yang dilakukan oleh mahasiswa ini tak luput dari penjagaan pihak Kepolisia ini,  menegaskan ketidakstabilan ekonomi  ini menjadi momok kehidupan berbangsa dan bernegara. mereka menilai ketidak stabilan ekonomi ini sudah berdampak
pada perusahaan mem PHK karyawannya.
Hutang luar negeri pun tak luput dari Orasi GPI di Depan Kantor Gubernuran Jawa Tengah. saat ini Hutang luar negeri sudah sangat memprihatinkan karena semakin bertambah karena hutang tersebut secara tidak lansung akan berimplikasi pada kesejahteraan Masyarakat.
Koordinator Lapangan Nur Humadi, menyampainkan empat tuntutan mereka kepada Pemerintah Joko Widodo:
1. Stabilitas Harga Bahan Pangan
2. Perkuat Nilai Tukar Rupiah
3. Lindungi Para Pekerja dari PHK, dan
4. Realisasi Paket Kebijakan Ekonomi
"semoga pemerintahan Presiden Joko Widodo,bisa mendengar aspirasi Kami",harapnya. (sah)

Sumber: http://www.pewarta-indonesia.com/berita/ekonomi/17323-mahasiswa-desak-pemerintah-perkuat-rupiah.html


Mess Mahasiswa, Sarana Kehidupan Bermasyarakat

Silaturahmi mahasiswa asal Belitung yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Pelajar Belitung (IKPB) Cabang Semarang mengadakan Rapat Koordinasi sekaligus silaturhami bertempat di STIMART “AMNI” Semarang beberapa waktu lalu (5/9). Semarang Gunawan Prakoso tercatat sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro pada semester 7, meyebutkan memang mahasiswa asal Belitung banyak terkonsentrasi pada STIMART AMNI, bahkan mereka tidak pernah putus regenerasi nya setiap tahun. Menurut Gunawan Jumlah Mahsiswa Belitung yang menempuh pendidikan di STIMART AMNI hampir berjumlah 30 orang untuk semua angkatan termasuk taruna dan taruninya. Mereka mempunyai Agenda kegiatan mengikuti agenda kegiatan dilaksanakan IKPB Cab Semarang, seperti Olah raga (sepak bola dan Futsal) Pentas seni. Ilfan Saputra mahasiswa asal Tanjungpandan merasa senang berada satu rumah dengan senior selain bias dapat sharing ilmu juga
waktu kedatangan pertama kali ke Semarang diJemput oleh senior di Bandara, Jelas Ilfan. Senada dengan itu, Deky Gunarto angkatan 2015 asal Kecamatan Kelapa Kampit menyambut merasa senang berada di Mess Satam, karena tidak ada senioritas di Mess ini meskipun mereka adalah senior kami di Kampus. Di Mess ini ramai jadi saya tidak merasa kesepian jauh dari keluarga. Ketua Mess Satam Belitung, Suryadi bercerita bahwa rumah kontrak tersebut terdiri 4 kamar tidur dan 2 kamar mandi dan 1 ruang untuk menyimpan baju, ini dihuni 22 orang mahasiswa. Jadi tidak ada lemari atau meja belajar di dalam kamar jelas”Amid”. Mess ini meruapakan hasil patungan kami mahasiswa semenjak tahun 2011 dengan harga Rp.11.500.000 saat ini dengan harga Rp.12.000.000,- tujuannya agar masyarkat dari daerah lain tahu bahwa ada Mess pelajar Belitung, selain itu juga jika ada pelajar Belitung yang ingin belajar di Semarang Mess ini bisa dimanfaatkan sebagai rumah singgah dan kami membuka selebar-selabarnya bagi pelajar Belitung yang ingin singgah ke Mess Belitung ini dengan alamat Jl. Supriyadi Gg Kali Cari 4 No 64 bisa call saya ke nomor HP 081272912578 kami siap menjemput di bandara, statisiun maupun terminal. Hal tersebut senada dengan Suyetno yang saat ini bekerja sebagai Pembina Taruna di STIMART AMNI Semarang, bahwa keberadaan Asrama Pelajar Belitung saat ini sudah saat mendesak jika dibandingkan daerah lain yang sudah mempunyai asarama milik pemdanya namun taruna maupun mahasiswa adal Belitung mempunyai inisiatif untuk mengontrak rumah namun diberi nama mess Belitung. Ketua IKPB Cabang Semarang, Gunawan Prakoso dan Ketua Mess Satam Belitung senada menyebutkan bahwa banyak kegiatan yang wajib diikuti penghuni mess, selain harus aktif di Mesjid yang berjarak 3 M dari Mess, penghuhi mess juga wajib mengikuti aturann yang berlaku di Lingkungan seperti Jam Malam, Ronda Malam serta Gotong Royong Sumber Tulisan Asli: http://www.pewarta-indonesia.com/berita/pendidikan/17322-mess-mahasiswa-sarana-kehidupan-bermasyarakat.html

Asrama Belitung di Semarang, Harapan dan Perhatian Tulus Dari Pemeritah Daerah

Rapat koordinasi dan silahtuhrahmi mahasiswa Belitung dalam naungan IKPB Cabang Semarang, pada beberapa waktu yang lalu, di Mess Satam Belitung telah melahirkan banyak agenda kegiatan yang harus dilaksanakan seperti olah raga (sepak bola, dan Futsal serta Pentas Seni, termasuklah perlu perhatian pemerintahan daerah terhadap asrama saat ini. Dalam pertemuan itu, pembahasaan difokuskan banyak soal keberadaan Mes Belitung di Semarang. Pasalnya, keberadaan Mes ini dinilai sudah tidak layak dan perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah. Deky Gunarto, mahasiswa angkatan 2015 ini menyambut baik kegiatan ini sebagai ajang silaturahmi antara pelajar dan mahasiswa di Semarang. Ia berharap pemerintah daerah dapat memperhatikan mahasiswa Belitung yang ada di Semarang. Hal serupa juga disampaikan Dwi, seorang Mahasiswa asal Tanjungpandan. Ia mengutarakan rumah yang kami kontrak saat ini yang
dijadikan sebagai mess terbilang sudah tidak layak lagi. Hal ini karena terlalu banyak penghuninya. Pernyataan Dwi maupun Deky Gunato ini dibenarkan Ketua Mess Satam Belitung, Suryadi Hamid. Dalam uraian singkatnya dihadapan rekan-rekan mahasiswa, Ia sangat berharap segera ada Asrama Pelajar untuk Belitung sesegera mungkin. Suryadi berkeluh kesah keberadaan rumah yang disulap dari mes ini hanya memiliki 4 kamar tidur dan 2 kamar mandi ini namun dihuni 22 orang mahasiswa. “Ini memang sangat memprihatinkan. Belum lagi, pembayaran untuk uang sewa sudah terlalu memberatkan,” tegas Suryadi. Tak jauh dari Suryadi. Suyetno yang saat ini bekerja sebagai Pembina Taruna di STIMART AMNI Semarang menuturkan hal yang sama. Ia pun menilai wajar sudah saatnya ada sebuah asrama mengingat keberadaan urang Belitong (pelajar/Mahasiswa) di Semarang sudah cukup banyak. “Kita salut selama ini taruna maupun mahasiswa asal Belitung mempunyai inisiatif untuk mengontrak rumah namun diberi nama mess Belitung,” ucapnya. Sementara, Ketua IKPB Cabang Semarang, Gunawan Prakoso mengakui bahwa IKPB telah berkoordinasi dengan pemda Belitung mengenai keberadaan asrama tersebut namum karena beberapa kendala keberadaan asrama tersebut maka tertunda lagi. “Dulu hampir memiliki asrama namun Karena terkendala teknis maka asrama tersebut tertunda lagi. Kita berharap pemda Belitung dapat kembali memfasilitasi keberadaan asarama tersebut karena Mess yang sekarang ini merupakan swadaya teman-teman mahasiswa STIMART AMNI namun tempatnya kurang memadai untuk rapat IKPB yang jumlah anggotanya mencapai 50 orang,” ungkap Mahasiwa Fakultas Undip Semeter 7. Sebagai informasi, pemberian nama Mess Satam Belitung ini bertujuan agar masyarkat dari daerah lain tahu bahwa ada Mess pelajar Belitung yang ada di Semarang. Bila ada pelajar daerah baik dari Belitong hendak ke Semarang melanjutkan pendidikan tentu asrama ini dapat dimanfaatkan sebagai rumah singgah dan siap membuka selebar-selabarnya bagi pelajar Belitung yang ingin singgah ke Mess Belitung ini dengan alamat Jl. Supriyadi Gg Kali Cari 4 No 64 bisa call ke nomor HP 081272912578, siap menjemput di bandara, statisiun maupun terminal. . (Liputan:Andriyansah, Biro Jatengdan DIY) Sumber Tulisan Asli: http://www.trawangbelitongnews.com/2015/09/asrama-belitung-di-semarang-harapan-dan.html

Guru Besar Penikmat Ikan Cempedik Raih Profesor

Warga Pulau Belitong boleh berbangga hati. Ini setelah laskar pelanggi yang fenomenal kini memiliki seorang Guru Besar Statistik Termuda di-Indonesia tepatnya di Usia 38,5 tahun. Dia adalah Prof. Dr.rer.nat. Dedi Rosadi, S.Si., M.Sc. Gelar profesornya diraih pada Universitas Gadjah Mada pada Fakultas MIPA pada bidang statistic. Pria perawakan tampan ini sangat menyukai kuliner khusus ikan Cempedik dan ikan Baong ini meskipun sudah berkeliling dunia menghadiri pertemuan ilmiah sebagai nara sumber maupun peserta. Ayah dari Putri dan Rafi sebetulnya sudah lama mendapatkan Surat Keputusan sebagai Guru Besar dari Mendikbud RI nomor 122024/A4.3/KP/2013 tanggal 2 September 2013. Namun karena kesibukan, pengukuhan guru besarnya baru dilaksanakan pada tanggal 24 Februari 2015. Suami dari Heni Wahyuni.PhD ini selama kecilnya di Desa Canggu Kecamatan Gantong Belitung Timur. Dimata keluarga, ia seorang yang mengayomi. “Bang Dedi Toh Pekerje Keras kalo ade yang dimaunye die akan berusahe untuk mendapatkannya dan orangnya gaul mudah diajak berkomunikasi ujar Deasy Arisanti Dosen Universitas Lambung Mangkurat adik kandung dari Dedi. Menurut Deasy, Berkat Arahan dan dorongan darinya saya bisa dapat menyelesaikan Progam Doktor di UGM beberapa waktu yang lalu. Sementara itu, Fatia Fatimah asal Padang Sumatera Barat yang merupakan salah seorang mahasiswa Bimbingan Prof Dedi di Program Studi Doktor mengatakan bahwa Prof Dedi, orangnya santai dalam komunikasi namun punya target untuk anak bimbingannya. Ia pun selalu memberikan motivasi dan sangat serius kalau sedang memberikan saran dan materi./Liputan : Andriyansah Biro Jateng dan DIY Sumber Tulisan Asli: http://www.trawangbelitongnews.com/2015/07/guru-besar-penikmat-ikan-cempedik-raih.html