Sampai saat ini kita mengenal Bandara Yogyakarta sebagai Bandara Domestik dan Internasional, namun mungkin sedikit dari kita yang mengetahui bagaimana
cikal bakal nama bandara ini, walaupun sering kita mendengar awak kabin mengumumkan “beberapa saat lagi kita akan segera mendarat di Bandara Adi Sutjipto di Yogyakarta”. Pada kesempaan ini KOPI mencoba mencari tahu dibalik nama bandara yang ternama tersebut.
Berdasarkan beberapa informasi yang diperoleh dari warga mengenai hal tersebut, akhirnya
Replika Pesawat Dakota VT-CLA
Replika Pesawat Dakota VT-CLA
diputuskan untuk menuju Kabupaten Bantul. Sekitar 1 jam perjalan dari Kota Yogyakarta, dengan bantuan petunjuk arah, tidak terlalu sulit untuk sampai di areal tanah 9.473 m2 yang merupakan Monumen perjuangan Udara Ngoto yang familiarnya dengan monumen Ngoto karena memang letaknya berada di Dukuh Ngoto, Jatiarang, Kelurahan Tamanan Kabupaten Bantul, Yogyakarta
Setelah mengitari Kabupaten Bantul, Sabtu (26/9/2015), Seizin petugas, Bersyukur KOPI dapat mendokumentasi bagian-bagian terpenting dalam monument ini sejarahnya merupakan saksi bisu perjuangan pembela bangsa yang tergabung dalam Angkatan Udara Republik Indonesia.
Memasuki areal monumen, mata kita akan tertuju kepada dinding relief yang mengilustrasikan perjuangan angkatan udara Indonesia melawan Belanda yang ada di Yogyakarta dan sekitranya Selain itu ada pula relief yang mengelaborasikan peristiwa pesawat Dakota VT-CLA yang membawa bantuan obat-obatan dari Malaya (Malaysia) yang jatuh karena serangan pesawat tentara Belanda
Peristiwa ini bermula ketika sebuah pesawat jenis Dakota beregister VT-CLA lepas landas dari Singapura dihujani peluru senapan mesin dari dua pesawat Kitty Hawk milik tentara Belanda. Tanggal 29 Juli 1947 sekitar pukul 17.00 WIB bersama jatuhnya peswat Dakota VT-CLA gugur pula pejuang bangsa Komodor Muda Udara (Kolonel) Agustinus Adisutjipto, Komodor Muda Udara Prof. Dr. Adulrachman Saleh, Opsir Muda I (Lettu) Adisumarmo, Pilot Alexander Noel berkebangsaan Australia dan Co-pilot Roy Hazelhurst berkebangsaan Inggris dan beberapa penumpang lainnya.
Mungkin inilah kisah dibalik nama bandara Adi Sutijpto Yogyakarta. pantauan KOPI memang tidak terlalu banyak pengunjung yang berkunjung ke monument bersejarah ini namun menurut beberpa informasi yang dihimpun KOPI, monumen ini banyak dikunjungi oleh pelajar yang melakukan wisata edukasi.
Sumber Tulisan Asli:
http://www.pewarta-indonesia.com/inspirasi/resensi/17455-monumen-ngoto-mengenang-adi-sutjipto.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar